Minggu, 03 Februari 2013


Teknik Penyisipan Data Menggunakan Algoritma Steganografi Least Significant Byte
Penerapan e-Government mengharuskan semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terjalin dalam koneksi satu jaringan dan dapat saling berkomunikasi untuk bertukar informasi. Namun tidak semua SKPD bersedia karena kekhawatiran akan data-data penting dan rahasia (seperti data keuangan, data diri dan data kesehatan) diketahui oleh orang yang tidak berhak atau tidak berkepentingan. Pada penelitian ini digunakan suatu teknik yang disebut steganografi untuk menyembunyikan data berekstensi *.docx, *.xlsx, *.txt, dan *.pdf dengan cara menyisipkannya ke dalam media citra digital menggunakan algoritma substitusi Least Significant Bits (LSB). File pesan disisipkan dalam suatu media citra atau gambar yang bertipe bitmap *.bmp. Citra yang telah disisipi data akan mengalami penurunan kualitas. 
Penyisipan pesan ke dalam media covertext dinamakan encoding, sedangkan ekstraksi pesan dari stegotext dinamakan decoding. Kedua proses ini memerlukan kunci rahasia ( Stegokey) agar hanya pihak yang berhak saja yang dapat melakukan penyisipan
 dan ekstraksi pesan. Proses penyembunyian pesan pada gambar ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu antara lain. a) fidelity yaitu setelah melakukan penyisipan data rahasia, kualitas gambar cover-object tidak jauh berubah b) robustness Yaitu data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi pada cover-object  c) recovery yaitu pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali. Steganografi hanya memerlukan dua kriteria, yaitu fidelity dan recovery. Kriteria robustness hanya dipenuhi oleh copyright marking Algoritma.

 Least Significant Byte (LSB)
            Cara paling umum untuk menyembunyikan pesan adalah dengan memanfaatkan Algoritma Least  Significant Bit ( LSB), walaupun terdapat kekurangan pada metode ini, tetapi kemudahan implementasi dan kecepatan pemrosesannya membuat metode ini tetap digunakan sampai sekarang. Apabila digunakan image 24 bit color sebagai cover object, sebuah bit dari masing-masing komponen Red, Green, dan Blue, maka digunakan 3 bit untuk disimpan pada setiap piksel. Proses penyisipan 1 bit karakter tersebut juga dapat dilakukan pada salah satu komponen warna dalam satu piksel gambar yaitu pada komponen Red , Green, atau Blue, sehingga untuk menyisipkan karakter “A” tersebut dibutuhkan 8 piksel warna. Masing-masing salah satu komponen warna pada 1 piksel gambar disisipi dengan 1 bit karakter, sehingga menghasilkan penyisipan pesan yang lebih aman dan terjaga kerahasiaannya. Dalam memperkuat teknik penyembunyian data, bit-bit data rahasia tidak digunakan mengganti byte-byte yang berurutan, namun dipilih susunan byte secara acak. Bilangan acak dapat dibangkitkan dengan program
Pseudo Random Number Generator (PRNG). PRNG menggunakan kunci rahasia untuk membangkitkan posisi piksel yang akan digunakan untuk menyembunyikan bit-bit.
PRNG dibangun dalam sejumlah cara, salah satunya dengan menggunakan algoritma kriptografi berbasis blok (block cipher). Tujuan dari enkripsi adalah menghasilkan sekumpulan bilangan acak yang sama untuk setiap kunci enkripsi yang sama, jika kunci yang digunakan pada waktu ekstraksi sama dengan kunci pada waktu penyisipan, maka bilangan acak yang dibangkitkan juga sama, dengan demikian bit-bit data rahasia yang bertaburan di dalam citra dapat dikumpulkan kembali.