Teknik Penyisipan Data Menggunakan Algoritma Steganografi Least
Significant Byte
Penerapan e-Government mengharuskan semua Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terjalin dalam koneksi satu jaringan dan dapat
saling berkomunikasi untuk bertukar informasi. Namun tidak semua SKPD bersedia
karena kekhawatiran akan data-data penting dan rahasia (seperti data keuangan,
data diri dan data kesehatan) diketahui oleh orang yang tidak berhak atau tidak
berkepentingan. Pada penelitian ini digunakan suatu teknik yang disebut
steganografi untuk menyembunyikan data berekstensi *.docx, *.xlsx, *.txt, dan
*.pdf dengan cara menyisipkannya ke dalam media citra digital menggunakan
algoritma substitusi Least Significant Bits (LSB). File pesan disisipkan dalam
suatu media citra atau gambar yang bertipe bitmap *.bmp. Citra yang telah
disisipi data akan mengalami penurunan kualitas.
Penyisipan
pesan ke dalam media covertext dinamakan encoding, sedangkan ekstraksi
pesan dari stegotext dinamakan decoding. Kedua proses ini memerlukan kunci
rahasia ( Stegokey) agar hanya pihak yang berhak saja yang dapat melakukan
penyisipan
dan
ekstraksi pesan. Proses penyembunyian pesan pada gambar ada beberapa kriteria
yang harus diperhatikan, yaitu antara lain. a) fidelity yaitu setelah
melakukan penyisipan data rahasia, kualitas gambar cover-object tidak jauh
berubah b) robustness Yaitu data yang disembunyikan harus tahan terhadap
manipulasi pada cover-object c) recovery yaitu pesan yang disembunyikan
harus dapat diungkapkan kembali. Steganografi hanya memerlukan dua kriteria,
yaitu fidelity dan recovery. Kriteria robustness hanya dipenuhi oleh copyright marking
Algoritma.
Least
Significant Byte (LSB)
Cara paling umum untuk menyembunyikan pesan adalah dengan memanfaatkan
Algoritma Least Significant Bit ( LSB), walaupun terdapat kekurangan
pada metode ini, tetapi kemudahan implementasi dan kecepatan pemrosesannya
membuat metode ini tetap digunakan sampai sekarang. Apabila digunakan image 24
bit color sebagai cover object, sebuah bit dari masing-masing komponen Red, Green,
dan Blue, maka digunakan 3 bit untuk disimpan pada setiap piksel. Proses
penyisipan 1 bit karakter tersebut juga dapat dilakukan pada salah satu
komponen warna dalam satu piksel gambar yaitu pada komponen Red , Green,
atau Blue, sehingga untuk menyisipkan karakter “A” tersebut dibutuhkan 8 piksel
warna. Masing-masing salah satu komponen warna pada 1 piksel gambar disisipi
dengan 1 bit karakter, sehingga menghasilkan penyisipan pesan yang lebih aman
dan terjaga kerahasiaannya. Dalam memperkuat teknik penyembunyian data, bit-bit
data rahasia tidak digunakan mengganti byte-byte yang berurutan, namun
dipilih susunan byte secara acak. Bilangan acak dapat dibangkitkan dengan
program
Pseudo Random Number Generator
(PRNG). PRNG menggunakan kunci rahasia untuk membangkitkan posisi piksel
yang akan digunakan untuk menyembunyikan bit-bit.
PRNG dibangun dalam sejumlah cara,
salah satunya dengan menggunakan algoritma kriptografi berbasis blok
(block cipher). Tujuan dari enkripsi adalah menghasilkan sekumpulan
bilangan acak yang sama untuk setiap kunci enkripsi yang sama, jika kunci yang
digunakan pada waktu ekstraksi sama dengan kunci pada waktu penyisipan, maka
bilangan acak yang dibangkitkan juga sama, dengan demikian bit-bit data rahasia
yang bertaburan di dalam citra dapat dikumpulkan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar